Home / Teknologi / Perbedaan Teknologi Starlink dan Amazon Leo

Perbedaan Teknologi Starlink dan Amazon Leo

Internet satelit kini menjadi salah satu solusi paling menjanjikan untuk mengatasi kesenjangan digital. Dua pemain besar yang sedang bersaing ketat adalah Starlink milik SpaceX dan Amazon Leo (sebelumnya Project Kuiper). Keduanya sama-sama menggunakan satelit orbit rendah (Low Earth Orbit/LEO), tetapi memiliki pendekatan teknologi dan strategi yang berbeda.

1. Jumlah dan Konstelasi Satelit

  • Starlink: Sudah meluncurkan lebih dari 8.500 satelit aktif di orbit rendah. Target jangka panjang mencapai 12.000–42.000 satelit, menjadikannya konstelasi terbesar di dunia. Dengan jumlah masif ini, Starlink mampu memberikan cakupan global hampir tanpa celah.
  • Amazon Leo: Baru meluncurkan sekitar 150–153 satelit hingga akhir 2025. Target jangka panjang sekitar 3.236 satelit. Fokus pada efisiensi jaringan, bukan sekadar jumlah satelit.

2. Kecepatan dan Performa Internet

  • Starlink: Menawarkan kecepatan rata-rata 50–250 Mbps, dengan latensi sekitar 20–40 ms. Cocok untuk streaming, gaming online, dan kebutuhan rumah tangga. Namun, performa bisa menurun di area padat pengguna karena berbagi bandwidth.
  • Amazon Leo: Memperkenalkan antena Leo Ultra dengan kecepatan hingga 1 Gbps. Menawarkan tiga varian terminal: Nano (100 Mbps), Pro (400 Mbps), dan Ultra (1 Gbps). Latensi diproyeksikan lebih rendah berkat teknologi antena array bertahap.

3. Terminal Pengguna

  • Starlink: Menggunakan antena parabola standar dengan desain portabel. Mudah dipasang di rumah, kendaraan, atau kapal. Biaya perangkat sekitar USD 599.
  • Amazon Leo: Terminal lebih modular dengan sistem plug-and-play. Antena lebih kecil, ringan, dan hemat energi. Amazon berencana menekan harga perangkat agar lebih terjangkau.

4. Integrasi Ekosistem

  • Starlink: Fokus pada layanan internet satelit murni. Digunakan juga untuk aplikasi militer, penerbangan, dan maritim. Tidak terintegrasi langsung dengan layanan cloud besar.
  • Amazon Leo: Terhubung dengan Amazon Web Services (AWS). Mendukung cloud computing, IoT, dan layanan digital Amazon. Bisa menjadi tulang punggung bagi smart city dan bisnis berbasis cloud.

5. Strategi Pasar

  • Starlink: Strategi utama adalah cakupan global cepat dengan jumlah satelit masif. Sudah tersedia di lebih dari 70 negara. Menargetkan konsumen individu, bisnis kecil, hingga pemerintah.
  • Amazon Leo: Strategi utama adalah efisiensi jaringan dan kualitas layanan. Menjalin aliansi dengan perusahaan seperti DIRECTV/SKY untuk distribusi. Fokus pada integrasi dengan ekosistem Amazon dan layanan cloud.

6. Biaya dan Model Bisnis

  • Starlink: Biaya perangkat sekitar USD 599 dengan biaya langganan bulanan USD 110–120. Model bisnis berbasis volume pengguna global.
  • Amazon Leo: Belum merilis harga resmi, tetapi diperkirakan lebih fleksibel. Paket layanan akan disesuaikan dengan kebutuhan rumah tangga, bisnis, dan enterprise. Model bisnis berbasis integrasi layanan digital Amazon.

7. Dampak Global

  • Starlink: Sudah membantu daerah terpencil di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Digunakan dalam situasi darurat, misalnya bencana alam atau konflik.
  • Amazon Leo: Masih dalam tahap awal, tetapi berpotensi besar mendukung pendidikan, kesehatan, dan bisnis digital di daerah terpencil. Integrasi dengan AWS membuatnya relevan untuk perusahaan global.

Starlink unggul dalam jumlah satelit, cakupan global, dan ketersediaan layanan saat ini. Amazon Leo unggul dalam kecepatan antena, fleksibilitas terminal, dan integrasi dengan ekosistem Amazon. Persaingan keduanya akan mempercepat inovasi, menurunkan harga, dan memperluas akses internet satelit ke seluruh dunia.